Senin, 30 Oktober 2017

Teruntuk Leader Kece Nan Baik Hati

Ini kayaknya pertama kali saya nulis blog buat atasan hahahhah.
Jadi begini, sebenernya orang ini pernah muncul dalam blog ini tapi gak ada namanya, yaitu waktu pertama kali saya diinterview di tempat ini. Kenapa sampai harus repot-repot nulis diblog? karena sebenernya saya merasa dia leader yang hebat dan terlalu banyak yang bisa saya sampein di hari terakhir dia masuk kantor sebelum akhirnya berpindah di tempat lain jadi mending tulis diblog.

Saya baru lima bulan di sini. Tapi gak butuh waktu lama untuk kenal dia. Dari awal wawancara, dia tau saya Advent dan saya gak bisa masuk hari sabtu, tapi yang dia bilang selanjutnya bukannya 'maaf kita gak ada toleransi untuk itu' atau kalimat lain yang biasanya diucapkan perusahaan yang udah nolak saya. yang dia bilang malah

"Menarik..saya tertarik pingin tau lebih maksud ibadahnya itu gimana."  Dia juga ikut nyari solusi untuk saya tetep bisa masuk yaitu dengan gak masuk hari sabtu tapi saya masuk hari minggu yang akhirnya menjadi deal.

Ada beberapa kejadian yang saya nilai ini baru Leader, dan walaupun dia lebih muda dari saya setahun, tapi itu gak mengurangi rasa hormat saya ke dia sebagai leader team sosmed. Karena tindakan dia yang buat saya respect.

Waktu baru-baru awal buat konten instagram, saya pernah salah dengan menbuat design warna kuning dengan gambar pisang di dalamnya. Temanya tentang makanan waktu itu. Lalu dia dateng dan bilang

"Loh? itu kuning semua Mbak Er?"
saya dengan polosnya jawab "Iya kan tentang pisang." tapi ada penekanan di nada saya sedikit. Antara takut salah dan gak mau dikoreksi.
"Ooo.. " Dia cuma jawab gitu trus melengos pergi.

Belakangan saya tau dari partner saya kalau ternyata warna design gak boleh ngeblok satu warna dan kalau bisa ada warna yang diambil dari logo. Sedangkan logo kita pink dan kuning jauh dari itu.

Itu kejadian pertama. Kedua waktu itu saya sempet ngedrop dan flu berat. Bersin gak abis-abis. Tisu dimana-mana. Besoknya, gantian dia yang flu, dia pake masker, dan bawa masker lebih. Saya yang waktu itu masih flu ditawarin masker sama dia. Trus di bawah kolongnya ada plastik isi tisu-tisu bekasnya. Dari situ saya ngerti, 'oooo harusnya diplastikin'. Saya ngerti bukan karena dia ngasih tau verbal dan berlagak superior, tapi emang dia contohin. Itu sih yang buat saya respect. Belum lagi nada bicaranya selalu rendah. Again, banyak yang bisa saya pelajari dari dia meskipun dia lebih muda dari saya. Dan banyak kejadian lain yang kecil-kecil kayak gimana dia selalu nyatuin anak-anak yang lain, gak ada yang dianakemasin semua harus baur, semua nyatu.

Walaupun setiap orang pasti ada kekurangannya, mungkin dulu saya sempat kesal karena balesan smsnya untuk panggilan kerja terlalu lama, tapi sekarang saya paham, itu semua karena terlalu banyak tugas yang dia pegang, sampai-sampai untuk respons kayak gitu-gitu bakal slow. Jadi sekarang saya maklum.

Waktu makan siang terakhir jumat kemarin bareng Pak Jeff, beliau sempat ngomong kalau dia (Mas Cakra) bakal jadi orang sukses. Karena sikapnya yang mampu tenang meski di bawah tekanan. Dan paling mengejutkan, Pak Jeff bilang kalau dia sering membela nama-nama anaknya yang kena masalah, yang mana Pak Jeff mengakui dia belum sampai situ. Saya jadi bertanya-tanya ada nama saya juga kah? dan gak ada yang tau omelan apa dari atasan yang dia sebagai tamengnya.

Makasih kerja samanya walau dalam waktu singkat ini Mas Cakra, dan terima kasih udah mempercayakan posisi ini ke saya. Walaupun pasti banyak yang nanya atau protes aku bisa libur setiap hari Sabtu. Sukses di tempat barunya..
Farewell









































Share:

Kamis, 21 September 2017

Review Buku: Ikan Ikan Mati

Udah lumayan lama saya gak baca buku karangan kawan lama ini. Dan untuk pertama kalinya, (sepertinya iya ini pertama kalinya) saya review buku di blog ini. Sebelum-sebelumnya film. Oke, lanjut.. Jadi, buku ini menceritakan tentang Gilang yang bertemu kembali dengan Citra, gebetannya waktu SMA. Yang menarik di sini adalah si penulis (Roy Saputra) mengambil posisi sebagai orang ketiga maha tau. Jadi kita yang membaca bisa ikut merasakan perasaan keduanya. Saya jadi ikutan malu-malu saat mereka berdua diceritakan sedang bersama. Tapi tenang buku ini isinya bukan tentang cinta-cintaan doang kok.


Dibandingkan dengan buku sebelum-sebelumnya, ada peningkatan dari segi banyaknya halaman. Jelas berarti semakin kaya kosa kata yang bertambah dari si penulis. Saya suka beberapa kata yang belum pernah saya temui sebelumnya jadi tau artinya juga lewat footnote yang pasti nambahinnya PR juga itu. Salut sih sama deteilnya. Untuk settingan waktunya sendiri sangat original karena menggambarkan Indonesia belasan tahun ke depan dengan kecanggihannya. Hanya di sini beberapa kali saya agak bingung mungkin karena terlalu canggih itu tadi. Kerasa sisipan teknologi ini masih belum terlalu matang tapi lumayan untuk ide seoriginal itu. 

Kemasan bahasanya seperti biasa beberapa bisa buat saya ketawa spontan. Sampe ngakak. Untuk pendalaman karakter yang lumayan banyak, karena si Gilang ini punya geng sirkus di kantor yang logat bahasanya juga beda-beda. Beberapa di awal baca waktu pengenalan karakter kebayang, tapi kebelakang-belakang gak kebayang. Mungkin juga udah semakin dalem ke kasus utama.

Alur ceritanya lambat tapi pasti. Kita diajak ikut mikir juga ikut memilih. Tapi untung pilihan Gilang sesuai dengan yang kita harapkan :))) yang pasti waktu baca buku ini buat kamu juga menemukan beberapa kemiripan dengan dirimu sendiri.

iya kan, ikan-ikan mati?



Share:

Senin, 04 September 2017

Kerja Lagi!

Dulu waktu masih sekolah di Jakarta, yaa sekitar SMP lah. Sering banget liat sticker kuning dengan huruf melingker-lingker yang norak. Waktu itu sih.... itu yang ada dalem pikiran saya setiap liat sticker itu di angkot.

"Apaan sih ini maksudnya?" 
"Kok tulisannya jelek banget."
"Ini web ya? ada dotcom nya."
"Warnanya kuning lagi. Norak!"
"Fontnya jenis apaan itu melingker-lingker, Norak!"

14 tahun kemudian saya bekerja di perusahaan itu.

Ya, hari ini saya telah bergabung dengan perusahaan yang telah berkembang pesat dari 2003 tersebut. 

Lucu memang, waktu interview saya teringat kembali masa-masa melihat sticker itu di angkot dulu di Jakarta. Antara malu dan ingin jedotin pala ke kaca ruang tempat saya diinterview. Tapi, yang membuat saya akhirnya terus maju adalah perusahaan ini telah mengganti logo perusahaannya. Dan logo yang kali ini saya suka.

Ya, saya sereceh itu.

Maaf untuk pembuat logo yang awal, bukannya saya menjelek-jelekan, emang saya gak suka aja liatnya. Eh tapi ini membuktikan kalau kerja keras gak membohongi logo hasil. Walaupun logonya begitu, perusahaan ini tetap berkembang pesat. Ya walaupun saat ini logonya telah diganti. Tapi kan itu diganti setelah sukses. Hal ini membuktikan mungkin bagi orang lain logo yang dulu itu tidak masalah, saya aja yang lebay. Dan buktinya dengan logo yang dulu mereka bisa sukses.

Eniwei, lupakan masalah logo.

Saat ini saya sudah 3 bulan bekerja di sana. Ciee. Dulu saya pikir di Malang ini gak ada apa-apanya. Kantor-kantor yang ada juga gak yang wow banget. Dan saya pikir, kantor web ini di Jakarta (ya emang ada sih di Jakarta) tapi maksudnya kirain cuma satu ya yang di Jakarta itu. Ternyata justru pusat menulisnya di Malang!

Saya baru tau dari temen-temen ex Polimoli Indra dan Winda, kalau kantor media tempat saya kerja ini di Malang. Malahan setelah keluar dari Polimoli, Indra melamar kerja di sana dan keterima. Winda juga bekerja di media online yang populer di kota ini.

Nah, saya tau lamaran kerja di kantor ini justru bukan dari Indra. Seperti biasa, Twitter. Dan saya gak ngasih tau anak dua itu kalau saya melamar ke media online. Sampai akhirnya saya dipanggil untuk wawancara. Setelah proses iterview yang alot beserta nego tentang Hari Sabat, akhirnya saya bekerja di tempat yang sama kayak Indra :))



Awalnya masuk ke kantor ini berat buat saya. Karena terus terang, saya gak pernah kerja dengan orang-orang kreatif sebanyak itu. Paling banter 3 orang. Dan terakhir bekerja dengan ratusan orang satu ruangan, tiap orang ada sekatnya. Ini engga, jadi kalau jalan masuk ke meja serasa catwalk. Karena semua mata tertuju pada orang yang sedang berjalan. 


Kenapa sih milih media sosial lagi? padahal kan lulusan perbankan? banyak yang nanya gitu. Jauh. Gelar dengan hobby :)) tapi saya udah pernah tiga kali kerja di bank dua kali di media sosial sama yang sekarang. Dan saya akui saya menyukai keduanya. Saya suka kerja di bank, saya juga suka kerja di sini. Waktu itu juga saya menaruh lamaran di bank. Andai saja waktu itu bank tersebut memanggil saya terlebih dahulu, mungkin saya gak di sini sekarang :)
--------------------------------------------------------------------------------------

UPDATE:

Lupa nyeritain, sebenernya saya keterima di Sri Wijaya Air, bagian MT. Tapi, hari Sabtu masuk. Sedangkan seperti yang udah pernah saya ceritain, tentu gak akan saya terima. Udah dipertahankan dengan segala cara termasuk tawaran untuk masuk hari minggu seperti yang saya lakukan pada perusahaan sekarang, tapi ternyata beliau yang mewawancarai saya saat itu bilang kalau mereka hanya bisa toleran pada Sholat Jumat. Titik. Jadi saya lepas aja kerjaan yang tawaran di awalnya aja 8 juta itu.

:))) 
Share:

Rabu, 26 April 2017

Cerita Tentang Anak Penjual Asuransi

"Lu mau kuliah di mana?" kata seorang teman di gereja Bintaro dulu.
"Gak tau gak kuliah gue. Hahaha.." kata seorang yang lainnya.
"Serius gue," 
teman saya terdiam, setengah berfikr  kemudian tercetus, "BSI, Ahahahhaa!"
"Hahahhaha mending gak usah kuliah itu mah!"

saya yang saat itu ikut tertawa, mengingat apa yang papa bilang, "Kalo kamu mau kuliah, Papa cuma sanggup biayain di BSI" tawaran Papa pada saat itu gak saya jawab. Karena yang saya takutkan adalah apa yang barusan terjadi.

Bukannya saya menganggap rendah kampus tersebut, bahkan teman saya yang kuliah di sana terbukti dapat kerja lebih dulu dari saya. Tapi ketakutan saya adalah tidak masuk dalam komunitas teman-teman saya yang rata-rata bermukim di komplek elite Bintaro tersebut yang akhirnya membuat tawaran Papa, saya tolak. 
Ya.
Gengsi.
Kalau mengingat keputusan saya saat itu, saya masih sangat menyesal.

Kenapa gak ambil beasiswa? Saya berasal dari keluarga yang tidak mengerti persoalan pendaftaran kuliah. Jadi saya benar-benar buta akan prosedur beasiswa. Untuk mendaftar SNMPTN saja saya tidak mengerti. Padahal teman-teman saya yang masuk negri bisa dapat bebas biaya 100% itu pun saya tahu setelah tahun ketiga lulus dari SMA. Ketika saya ingin daftar, ternyata batasnya hanya 3 tahun dari setelah kelulusan. Jadilah saya mengubur dalam-dalam keinginan untuk kuliah.

Tapi semua itu berubah ketika kami sekeluarga pindah ke Kota Malang. Perekonomian keluarga kami mulai membaik. Karena ilmu asuransi Mama Papa yang dibawa dari Jakarta ke kota ini.

Mama Papa saya merupakan pegawai asuransi. Mama, yang dulunya ibu rumah tangga fulltime, akhirnya harus turun tangan membantu Papa bekerja di kerasnya kehidupan Jakarta. Saya dan adik saya sudah terbiasa ditinggal untuk mengurus diri sendiri sejak kelas 4 SD. Kadang mereka pulang cepat, kadang mereka pulang larut malam.  

Masa-masa suram saya adalah ketika adik saya diharuskan untuk magang di Malaysia oleh sekolahnya: sekolah perhotelan dan pariwisata. Ketika saya pulang malam sampai rumah, dan gelap :')
Gelap karena lampu rumah tidak ada yang menyalakan alias rumah kosong tidak ada orang. Hal ini terjadi cukup sering dalam kehidupan saya. Jadi ingat dulu doa saya adalah punya pacar yang bisa antar jemput jadi saya tidak sendirian (HAHAHA..). Tapi kenyataannya saya sibuk kerja sehingga saya, selalu, sendirian.

Balik lagi ke Malang. Mama Papa di sini menemukan banyak petani dan nelayan yang tidak tahu duitnya harus diapakan. Sedangkan mereka asing dengan istilah asuransi. Tahun-tahun awal kami pindah ke Malang adalah tahun-tahun yang paling memberikan dampak baik dalam perekonomian kami. Adik saya bisa kuliah, saya bisa kuliah (akhirnya) di Universitas Merdeka Malang.

Tapi dipertengahan jalan perekonomian kami kembali melemah. Akhirnya saya mengalah. 2012 saya cuti kuliah supaya Mama Papa bisa lebih fokus untuk membiayai kuliah adik saya. Saya kembali bekerja.
Amsal 23:18
Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang. 

Melewati naik-turunnya perkeonomian keluarga, semangat saya untuk menyelesaikan kuliah tidak pernah padam. Dengan pertolongan Tuhan, awal tahun 2016 saya kembali kuliah. Akhirnya pada tanggal 22 April 2017 lalu, selesai sudah perjuangan saya.



Kata mereka, orang asuransi itu ngeselin. Ganggu. Bahkan gak banyak yang menjadikan joke menolak telepon dari penjual asuransi. Tapi mereka gak tau, ada berapa kepala yang sedang ditanggung penjual asuransi itu. Entah itu istrinya, orangtuanya, anak-anaknya. Yang pegawai asuransi tau, mereka bekerja secara halal, dan memberikan yang terbaik untuk orang yang mereka kasihi. 

dan saya persembahkan kelulusan saya yang kalau dipikir-pikir tidak mungkin, untuk Tuhan. Karena oleh kehendak-Nya saja saya yang bodoh dan lulus SMA pada tahun 2007 ini bisa lulus kuliah di 2017 :')

untuk mereka yang sering merendahkan penjual asuransi, saya dan adik saya lulus kuliah dari pekerjaan penjual asuransi. And I'm proud of them.






























Share:

Rabu, 05 April 2017

Idealis Musuhan dengan Duit

Beberapa hari lalu saya tes kepribadian di 16personalities.com (dulu udah pernah tes sih, cuma lupa hasilnya apa. tes ulang deh) ternyata hasilnya saya adalah INFP-T.

Dari penjealsannya sih saya dibilang kalo orangnya tuh idealis. Dalem hati saya 
pantes saya gak kaya-kaya
Dulu waktu SMP, guru favorit saya yang mirip kayak Kakashi Hatake di Naruto bilang kalau orang idealis itu susah, musuhan sama duit. Waktu itu saya yang notabene masih bocah, tidak terlalu menggubris hal ini. Tapi entah kenapa kalimat ini lekat dipikiran sampai saat ini.

Minggu lalu saya interview di salah satu perusahaan media sosial yang lumayan di Indonesia. Lalu, saya mendapatkan pertanyaan itu. Pertanyaan yang selama ini selalu membuat saya berpindah-pindah tempat kerja sampai pada saat ini.

"Sabtu ibadah jam berapa?"

Kalau udah sampai pertanyaan itu tentu panjang penjelasannya. Ini menyangkut kepercayaan. Kalau kepercayaan saya sendiri mengatakan untuk mengosongkan hari ketujuh yaitu Sabtu untuk gak berurusan dengan dunia. Dan saya cukup ketat untuk itu dari kecil. Bahkan dari sekolah SD sampai detik ini, saya khususkan memang satu hari itu.

Karena hal ini, saya termasuk shulit bertahan dengan dunia pekerjaan. Padahal maksud dan tujuan diciptakan hari untuk istirahat itu juga untuk kesehatan kita loh. Cuba banyangin kerja terus-terusan tanpa libur. Apa gak legrek?

Bersyukurlah kebanyakan orang yang ngomong sama saya mengerti. Hal ini membuktikan masih ada toleransi beragama di Indonesia. (Awalnya). Lambat laun ketika saya menjalani perkerjaan itu, terpaksa juga saya disuruh masuk hari Sabtu. Hehehehe..dan karena alasan itu juga saya keluar.

Nyesel dengan dengan kepercayaan? Tergantung. Lagi butuh HP baru atau nggak. Hahahaha. Gak deng. Gak boleh gitu. Intinya kalau aja saya, menuruti kemauan perusahaan dari dulu-dulu, pasti saya sudah naik pangkat. Mungkin saat ini sudah di jenjang manager seperti teman-teman saya kebanyakan. Tapi puji Tuhan, walaupun musuhan dengan duit, sampai detik ini kebutuhan saya pas pada waktunya. Dan saya masih percaya hal ini akan terus terjadi. Apalagi saat ini HP saya sedang modyar. Kita liat aja apa yang terjadi setelah ini. Dan ketika saya mendapatkan apa yang saya butuhkan dengan cara yang gak bisa dipikir pake logika, disaat itulah rasanya duit itu berasa gak ada apa-apanya sama pencipta.
Share:

Jumat, 06 Januari 2017

"Furaha Ya Mwaka Mpya" artinya....

Selamat Tahun Baru dalam bahasa Swahili.

Udah 2017 aja. Artinya dalam dua bulan lagi saya ujian compre. Alias sidang. Alias perjuangan 6 tahun ini berakhir pada bulan ini. Sebagian dalam diri saya bersyukur. Sangat bersyukur. Salah satu wishlist saya akhirnya tercoret lagi. Sebagian dalam diri saya panik.

Begitu banyak yang harus dikerjakan dalam dua minggu ini. Begitu banyak pilihan untuk masa depan saya. Kemana saya harus pergi, apa yang harus saya lakukan setelah ini, benar-benar menentukan saya akan bertemu siapa, dan bagaimana saya akhirnya menjadi apa setelah ini.

Selama ini saya sudah pernah kerja di beberapa tempat yang menyenangkan. Kerja di toko dalem mall, penjuall roti, kasir, waiters, penulis, receptionist, admin, event nasional.Kerja di lantai menara gedung tinggi ANZ Tower samping menara Intilland di Jakarta pernah, di Radio Dalam pernah, Pasar Rebo pernah..hanya satu yang membuat saya berbeda dengan teman-teman lain. Saya menjalani hidup saya terbalik dengan mereka. Mereka dengan trek yang benar.

sekolah-kuliah-kerja-menikah-punya anak
kalau saya,
sekolah-kerja-kuliah
dan apakah setelah ini saya akan kembali ke trek yang benar sesuai dengan mereka? atau saya tetap dengan jalur hidup terbalik saya? Waduh bahaya dong kalo yang setelahnya dibalik. Jangan sampai. Menjalani hidup yang terbalik ini tentu saja membuat saya tertinggal dari semuanya. Teman-teman, hampir semua sudah punya anak. Kadang liat foto keluarga mereka ada pertanyaan yang muncul. Apa mereka benar-benar bahagia? jahat ya.
Saya sendiri sebetulnya ingin menikah di umur 23. Kerena ingin bahagia. Tapi sampai sekarang semakin ke sini, semakin saya lihat, pernikahan itu..... mengerikan. Hahaha!
Apakah dengan sudut pandang ini saya akan kembali ke trek yang benar? we'll see


Share: