Hari ini hujan.
Dan itu sudah menjelaskan segalanya. Seakan sepaket nasi padang lengkap dengan sambal hijau begitu pula hujan lengkap dengan semua pemandangan dan memori indah di dalamnya.
Kira-kira dimulai pukul 2 siang. Air yang turun ke bumi itu gak berhenti hingga saat ini sudah pukul 5 lewat 4 menit. Aku suka hujan. aku suka dingin yang menyelubungi ruangan kantor ini ditambah dengan AC yang bersuhu 18 derajat. Tapi sudah kuturunkan menjadi 25 derajat. Terlalu dingin hingga tadi aku terbangun dari tidurku.
Ada yang menarik dari kantor ini. Tinggal di kantor ini seperti tinggal di dalam dongeng. Perukoan, iya komplek ruko di mana kantor ini berdiri ada di Dinoyo. Salah satu daerah di Malang yang terkena satu arah di depannya. Ruko tempatku bekerja diapit oleh Bunchbead sebuah restoran unyu yang gak pernah sepi pengunjungnya dan distro untuk cowok (lupa namanya). Tapi aku benci ketika sepeda motor para pelanggan Bunchbead atau distro samping menutupi motorku saat hendak keluar. Berat. Ngeluarin motor yang kejepit itu berat.
Di sebrang kantor ada boutique yang memamerkan baju-baju lucu pada dua manekin di lantai atas. Aku dan teman-teman bekerja di lantai atas, kadang kita melihat baju itu berganti, kadang gak diganti.
Di sebelah boutique ada studio photo. Entah yang punya (atau hanya penjaga) lihai dalam bermain gitar. Aku mendengarnya ketika sedang duduk di beranda. Aku gak hanya mendengar tapi juga melihatnya. Lumayan. Pikirku.
Lalu jarak dua ruko kosong di sebelah studio itu ada bapak penjual toserba. Bapak ini baik sekali. Kami (aku dan teman-teman kantor) membeli galon isi ulang di sana. Beli jajan juga di sana. Waktu itu Indra pernah tengengen kalau kata orang Jawa. Itu salah bantal. Lalu ia hendak beli koyo di sana. Tapi gak jadi. Karena sama Bapak Toserba dikasih obat gosok yang katanya berkhasiat mengobati tengengen.
Jarak satu ruko dari sebelah boutique ada rumah makan prasmanan. Itu tempat makan siang kami. Di sana lah tempat kami membasmi kelaparan. Kadang kami bosan dengan lauknya. karena jarang sekali diganti. Tapi apa boleh buat. Jatah dari kantor sudah ditetapkan di rumah makan itu. Masakannya Enak, Sungguh. Tapi perut kami butuh variasi.
Tadi aku salah ambil makan.
yang aku kira sup jagung, ternyata Asparagus. Dari kecil aku selalu makan sup Asparagus buatan Oma yang enak banget. Karena kita Advent tentu aja Oma gak membuat resep aslinya yang ternyata setelah sudah pernah aku makan sekali, aku baru mengetahuinya kalau itu aslinya terbuat dari kepiting.
aku gak mungkin makan asparagus yang sudah ada ditanganku, sedangkan Winda sudah melahap makanannya dengan menu yang sama. Harapannya hanya Indra.
Singkatnya setelah bolak-balik naik turun tangga (karena Indra belum turun untuk makan) akhirnya mau mengambil jatah makan yang salah ambil tadi. (terharu)
penulisan tulisan yang ini sempat terhenti karena Winda manggil dan membahas hal yang sedang dibacanya. Lalu aku dan Indra ikut menimpali sampai akhirnya dari satu topik bisa menjadi panjang. Tapi itulah yang menyenangkan dari balik meja coklat lantai dua ruko Dinoyo Tanah Agung Square no. 21 ini.
Aku suka. Aku suka saat kami membagi apa yang kami tulis atau baca satu sama lain. Aku suka bagaimana kami bertukar informasi dari yang gak tau jadi saling tau. Aku suka di balik meja besar coklat itu.
Tapi bangkunya enggak.
Persetan dengan bangku, rasa senang yang aku miliki karena bisa bekerja bersama orang-orang seperti mereka dan tempat kerja yang seperti itu santainya melebihi semua susah yang aku rasakan di sana. Melebihi harus nyapu, ngepel atau bersihin wc kantor. Melebihi ngurusin air yang ngadat atau belum dibayar. Melebihi membeli galon dan listrik yang habis, melebihi target 10 artikel sehari dengan 500 kata setiap artikelnya, melebihi bangku kantor yang gak nyaman, melebihi semuanya. Inilah yang namanya kasih menutupi segala sesuatu.
kayak yang tertulis di 1 Korintus
13:4 | Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. |
13:5 | Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. |
13:6 | Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. |
13:7 | Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. |
karena aku terlalu mengasihi mereka dan kantor ini, sampai-sampai yang lainnya tertutupi.
baru kerasa sekarang masksud ayat itu begini ternyata.
Aku tau di dunia ini ada dua kuasa, jahat dan baik. Dan yang jahat pasti gak akan tinggal diam kalau ada tulisan seperti ini. Tapi lebih baik kita membagikan apa yang kita tau dari pada tidak kan?
Entah sampai kapan aku, Winda, Indra di balik meja coklat ini. Tapi untuk saat ini, aku sangat menikmati setiap saatnya dan bersyukur Dia menempatkan aku, di sini.
0 comments:
Posting Komentar